Sejumlah bank digital mencatatkan kinerja positif pada kuartal pertama 2025. Analis Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengatakan, bank digital masih menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari pertumbuhan harga saham. “Ini mengingat bank konvensional besar seperti BRI dan Mandiri mencatatkan pertumbuhan laba yang lebih rendah, yaitu di bawah 10%,” kata Martha ketika ditemui saat ditemui dalam acara Media Day di Mirae Asset Sekuritas House, Jakarta, Kamis (15/5).Laporan keuangan kuartal I 2025, antara lain telah dipublikasikan PT Bank SeaBank Indonesia, PT Bank Jago Tbk (ARTO), dan PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI).Lantas seberapa cemerlang kinerja keuangan ketiga bank tersebut?PT Bank SeaBank Indonesia membukukan laba bersih pada tiga bulan pertama tahun ini mencapai Rp 97 miliar, melonjak 86% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 52 miliar. Pendapatan bunga naik 32% dari Rp 1,52 triliun menjadi Rp 2 triliun, sedangkan beban bunga hanya naik 15% dari Rp 275 miliar menjadi Rp 318 miliar. Hal ini mendorong pendapatan bunga bersih perseroan naik 36% menjadi Rp 1,69 triliun. Direktur Utama SeaBank Sasmaya Tuhuleley mengatakan, kinerja pertumbuhan laba ditopang oleh bisnis SeaBank yang melejit. Penyaluran kredit perusahaan naik mencapai 35,5% secara tahunan menjadi Rp 24,7 triliun.Namun demikian, kenaikan kredit juga berdampak pada meningkatnya biaya pencadangan yang harus disisihkan perusahaan. Beban pencadangan atau impairment naik dari Rp 883 miliar pada kuartal I 2024 menjadi Rp 1,3 triliun.Seiring dengan meningkatnya biaya pencadangan dan kredit yang tumbuh, rasio kredit bermasalah atau NPL gross turun dari 2,02% menjadi 1,57% dan secara nett turun dari 0,18% menjadi 0,15%.Di sisi lain, dana pihak ketiga perseroan hanya tumbuh 10% secara tahunan menjadi Rp 27 triliun. Kondisi ini menyebabkan loan to deposit ratio atau LDR perusahaan dari 74,9% menjadi 91,23%. “Mudah-mudahan industri perbankan stabil dan bertumbuh dan kita berharap juga tahun ini secara industri itu akan bertumbuh ya, bahkan baiknya ada ekspansi,” kata Sasmaya dalam media briefing di Gama Tower, Jakarta, Senin (19/5).Wakil Direktur Utama SeaBank Junedy Liu mengatakan, SeaBank tengah fokus untuk menambah jumlah pengguna. Salah satu caranya adalah dengan meluncurkan beberapa fitur baru dan menguatkan kapabilitas internal. “Jadi ini ada beberapa fitur yang kami rasa harusnya sudah kami launching dari awal-awal, tapi karena memang prioritas, kita pastikan resources-nya dulu,” kata Junedy.Di sisi lain, menurut dia, SeaBank juga akan bekerjasama dengan jaringan ATM bank lain dan menerbitkan kartu fisik.Kinerja laba bersih yang melesat pada kuartal I 2025 juga dicatatkan PT Bank Jago Tbk (ARTO) mencapai 178% menjadi Rp 60 miliar. Hal ini sejalan dengan penyaluran kredit yang tumbuh 42% menjadi Rp 20,3 triliun. Dari penyaluran kredit tersebut, pendapatan bunga Bank Jago naik dari Rp 442 miliar menjadi Rp 778 miliar, sedangkan beban bunga naik dari Rp 97 miliar menjadi Rp 197 miliar. Di sisi lain, biaya pencadangan juga naik dari Rp 52 miliar menjadi Rp 223 miliar. Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tanjung mengatakan, ARTO mencatatkan jumlah nasabah mencapai 16,3 juta hingga kuartal I 2025. Bank digital ini juga mencatatkan kenaikan nasabah funding atau berinvestasi sambil menabung sebanyak 13 juta. “Kami berusaha menjaga kinerja bank tetap positif dan tumbuh secara sehat dengan tetap mengamati potensi risiko dari gejolak yang ada,” kata Arief dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia, yang dikutip Selasa (20/5).Adapun DPK Bank Jago naik hingga 62% dari Rp 13,2 triliun pada kuartal I 2024 menjadi Rp 21,4 triliun pada kuartal I 2025. Namun, kinerja positif Bank Jago ternyata berbanding terbalik dengan gerak sahamnya. Merujuk data perdagangan BEI, harga saham ARTO turun sebesar 14,81% sepanjang tahun ini. Pada 2 Januari 2025 harga saham ARTO berada di level 2.430 menjadi Rp 2.070 pada penutupan perdagangan Selasa (20/5).Harga saham ARTO terendah pada tahun ini berada level 1.280 yang terjadipada 8 hingga 9 April ketika Bursa Efek Indonesia mengalami penghentian transaksi perdagangan saham sementara atau trading halt. Adapun harga saham yang paling tinggi terjadi pada 21 Januari 2025 di level 2.580. Sedangkan dalam jangka pendek atau sepekan terakhir, harga saham ARTO sudah naik 20% dari 1.600 pada 21 April.Nasih berbeda terjadi pada kinerja bank digital milik konglomerat Chairul Tanjung, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI). Laba bersih BBHI naik tipis 0,94% secara tahunan menjadi Rp 112,53 miliar pada kuartal I 2025.Allo Bank mencatatkan penyaluran kredit hanya naik 1,71% dari Rp 6,83 triliun pada kuartal I 2024 menjadi Rp 6,95 triliun pada kuartal I 2025. Namun, pendapatan bunga bersih sebenarnya masih berhasil naik 18,6% menjadi Rp 312 miliar. Kenaikan pendapatan bunga bersih itu diperoleh dari pendapatan bunga yang naik 18,62% dari Rp 263,12 miliar menjadi Rp 312,11 miliar dan beban bunga yang hanya naik dari Rp 79 miliar menjadi Rp 89 miliar. Di sisi lain, biaya pencadangan perseroan yang biasanya digunakan untuk mengatasi kredit bermasalah membengkak dari Rp 6,7 miliar pada kuartal I 2024 menjadi Rp 53,7 miliar pada kuartal I 2025. Adapun saham BBHI sepanjang tahun ini tercatat stagnan di level 745. Harga sahamnya pada penutupan perdagangan hari ini serupa dengan posisi 2 Januari 2025.Saham BBHI paling tinggi berada pada level 780 pada 9 Januari 2025 dan paling rendah di level 5 2 hari sebelumnya, 7 Januari 2025. Namun, saham BBHI tercatat naik 10,37% dalam sebulan terakhir.
Adu Kinerja Bank Digital Awal 2025: SeaBank, ARTO, dan BBHI, Siapa yang Unggul?

Leave a Reply