Jakarta – Profesi dokter yang kerap jadi idaman banyak orang, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Seperti yang sempat disoroti Dokter Tirta, yang sempat bilang kalau dokter merupakan profesi yang sengsara. Apalagi jika belum menjadi dokter spesialis dan tidak ditugaskan di area strategis. Lantas, berapa gaji yang bisa didapat seorang dokter spesialis? Apakah pendapatannya bisa menutupi biaya kuliah yang diketahui tidak sedikit?Untuk mencari jawaban ini, bertanya kepada Isvarani Devana Irawan, seorang dokter spesialis anak yang bertugas dan berdomisli di Tangerang, Banten. Wanita yang akrab disapa Isva ini mengamini, jika gaji sebagai dokter umum/internship memang tidak seberapa.Profesi itu sempat diembannya setelah lulus kuliah kedokteran di Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta pada 2014. Kala itu, gaji dokter dari hasil kuliahnya selama 6 tahun yang diterimanya terbilang sangat minim, meskipun ditempatkan di Jakarta.”Aku internship dulu. Lulus S1 Oktober 2014, internship Februari 2015-Februari 2016. Kebetulan undiannya malah di Jakarta dapetnya. Internship gajinya tahu enggak berapa? Rp 2,3 juta per bulan kala itu. Kerja jam 07.00-17.00,” ujarnya kepada .Dengan pendapatannya itu, Isva mengaku tidak akan mampu untuk melanjutkan kuliah S2 dokter spesialis dengan memakai dana pribadi. “Rp 2,3 juta dikali 12 bulan, cuma Rp 27,6 juta,” ungkapnya.Namun dengan bantuan dana dari ayahnya yang seorang aparatur sipil negara (ASN) di Kementerian PUPR, Isva lanjut mengambil kejuruan Ilmu Kesehatan Anak (spesialis anak) Universitas Sam Ratulangi, Manado. Keputusan itu diambilnya pada 2017 usai melahirkan anak pertama.”Enggak nutup otomatis untuk sekolah spesialis kalau dari saya pribadi saja. Satu semester sudah Rp 24-25 juta, kali 8 semester. Belum biaya hidup,” kata dia sembari menceritakan. Kendati begitu, menurut dia ongkos kuliah tidak sedikit itu masih terbilang wajar, untuk ilmu dan perintilannya. Adapun Isva menjalani kuliah sebagai dokter spesialis anak selama 4 tahun, dengan total biaya mencapai lebih dari Rp 200 juta. “Kita belajar langsung sama guru-guru sama pakar-pakarnya. Jadi ya wajar saja sih kalau saya pribadi. Sekolah 4 tahun kira-kira Rp 200 jutaan lah ya,” beber Isva. Pengorbanannya tidak sia-sia. Lantaran, Isva mengaku segala jerih payahnya dulu kini telah terbayarkan. Berkat penghasilan sebagai dokter spesialis anak yang terbilang jumbo. “Gaji dokter spesialis, puluhan bahkan ratusan kali lipat dari gaji dokter umum. Dokter umum ya, dua digit (per bulan) saja sudah syukur sekali. Kecuali sambil merangkap manajemen saat kerja,” urainya. Isva lantas menceritakan, seluruh pengorbanannya selama kuliah S2 bisa terbayarkan dengan pendapatannya sebagai dokter spesialis.”Kalau untuk uang sekolah saja, gaji bulan pertama nutup semester pertama, bahkan lebih. Jadi 8 bulan saya kerja udah beres uang sekolah (dokter spesialis) selama 4 tahun,” papar dia. “Bahkan ada yang gaji 1 bulan udah bisa nutup (semuanya). At least 4-6 bulan kerja udah nutup kalau udah praktik (sebagai dokter spesialis) 3 tahun lebih,” dia menekankan. Hanya saja, ia tetap masih harus bekerja keras. Terlebih sejak ditinggal wafat sang suami yang juga seorang dokter spesialis, Isva harus mengambil praktik kerja di tiga rumah sakit swasta di kawasan Tangerang selama sepekan penuh, demi membiayai dua buah hatinya. “Saya sabtu minggu 70 jam kerja. Aku full (selama sepekan), kecuali (hari) Minggu sore enggak ambil kerja,” pungkas Isva.
Bedah Profesi Dokter Spesialis: Gaji Bisa Nutup Ongkos Kuliah?

Leave a Reply